TUHAN MAHA TAHU DAN HATI MANA YANG MENAU......
Hai, selamat malam pecandu rindu. Apa kabar? Baikah?
Keadaanku tak pernah seresah ini, aku hilang arah. Aku hanya mampu menangis dan
menghempaskan semua pada tulisan. Akan aku curahkan semua malam ini, pada
kalian yang masih menjadi teman setiaku untuk bernafas.
Hidupku tak semenarik saat dia datang padaku dulu, ini
ceritaku setelah kami sepakat untuk saling menjaga hati kami. Seperti yang
dialami sebelum dan sebelumnya, aku, dia masih dirundung rasa rindu. Rindu
melihat rambutnya, matanya, kelopak matanya, hidungnya, bibirnya, dadanya,
lengannya. Aku sangat merindukan manusia setengah malaikat itu. Tanpa pernah
aku sadar hidup kami takkan seindah saat kami bertemu. Cerita kami tak akan
seindah pemandangan diujung Gedong Songo, kami sering memanjakan mata kami
dengan kesejukan yang tersajikan disana sampai aku menyebutnya tempat rahasia,
dan hanya kami berdua yang merasakan bahagia. Kami tak memperdulikan oranglain,
karena kami tak pernah melewatkan kesempatan berharga kami saat bertemu. Jujur
cerita kami semakin hari semakin membuat hatiku gaduh dengan sendirinya. Kami
tak saling bertatap muka, bertatap dan bercerita, tertawa dan memegang tangan.
Kami berpijar dengan sabar dan rasa ingin mempertahankan hubungan baik kami. Aku
sempat tak percaya akan seperti apa setelah itu, tapi aku berkeyakinan untuk
terus membuat hatiku nyaman senyaman nyamannya dengan hatinya. Aku baik tapi
aku tak sebaik hatinya, aku bodoh tapi tak sebodoh perjuanganya, aku muak tapi
tak semuak rasa rindunya. Aku tak seperti dia, yang hanya berjuang untukku tapi
aku tidak.
Aku berkesempatan melihat dan memegang tangannya ......,
tidur dipundaknya dan bersenang-senang dengannya. Walaupun kami hanya
berkesempatan bertemu dalam 1 tahun hanya 4 hari, aku akan tetap menunggu
kedatangannya. Kami percaya setiap kejadian yang kami hadirkan saat bertemu
lagi sudah sedikit cukup walau kurang untuk melepas rasa rindu kami. Itu awal
pemikiranku, hingga satu pesan yang kuterima “kalau nggak tak paksain kamu bakal
ngeluh . Aku mampunya ketemu 5tahun sekali, maaf. Ini masih 1 tahun berarti 4
tahun lagi kita bakal ketemu.” Tersotak air mataku mengalir dengan pelan pelan
dan kemudian tumpah ruah, aku tak pernah tau itu akan menjadi benar atau hanya
kesedihan sesaat. Hidup kami apakah akan semenyedihkan ini Tuhan? Aku tak
pernah menginginkan semua ini, aku hanya butuh dia, sepagai pemenang, sebagai penyemangat,
sebagai penambah, sebagai penyejuk, sebagai pemberi, sebagai alasan, dan
berbagai hal yang aku harapkan. Tapi aku pasrah, mungkin Tuhan berkata lain,
dan aku meng “iyakan” . Aku menahan diri untuk bersikukuh pada kemauanku, siapa
yang tau kalau mulut kita berkata iya tapi hati berkata aku tak sanggup. Setelah ini mungkin akan ada
keajaiban yang membuat kami memberikan alasan untuk terus bertahan dan bertahan
bertahan, bersabar dan terus bersabar dengan bentangan alam yang begitu
rumitnya Tuhan ciptakan untuk membuat kami berlapang dada dan mengerti makna
kembali.
Hanya hari-hari
sebelum malam ini aku berharap dipercepat bulan dan waktu untuk bertemu.
Aku akan mencoba
mengais-ngais kembali suka kami di 4 hari perjumpaan singkat kami.
Mungkin dengan begitu
akan menangis bahagia, karena kami masih diberikan kesempatan untuk bersama.
Karena cerah tidak
akan pergi menghilang selama kita masih percaya akan datangnya hari esok.
Jika doaku sampai
padamu, sebelum malam menyemutimu dalam tidur. Aku bahagia, aku bahagia hari
itu. Namun jika doanku tersendat, mungkin aku sedang kacau.
Esok nanti aku akan
gemparkan dunia, karena perjuangan kita memang tidak akan sia-sia.
Karena cinta tidak
harus memaksakan untuk bertemu dan memaksakan maumu untuk bertemu, dan karena
pemecah semua itu hanya 1, sabar.

Komentar
Posting Komentar