ANAK PEMINTA DALAM NAUNGAN MALAIKAT...

Selamat malam ibu, selamat tidur, mimpi indah. Rangkaian kata ini terkadang sulit aku hadirkan untuk berterima kasih kepada orang yang setiap harinya membantuku menjadi seseorang yang mandiri. Aku ingin mengecup keningnya yang basah dengan keringat, aku ingin membasuh kakinya yang sudah lelah menapaki jutaan warna dalam hidup ini. Seperti anak pada umumnya aku ingin merasa hangat dengannya, minum teh dipagi hari dan menikmati sedikit candaan. Tapi itu semua tak pernah terlakukan, bukan aku tak ingin melakukan tapi ibu selalu berkata “Ada pekerjaan penting diluar sana” . Ya, kami selalu merangkaikan senyum kami setiap pagi hingga malam, kami memuaskan setiap pelanggan yang datang, kami menyuguhkan menu spesial yang kami punya, kami melakukan apa yang harus kami lakukan karena seorang pembeli adalah “Raja” untuk kami. Pekerjaan yang cukup membuat basah baju setrikan yang tadinya wangi, pekerjaan yang tak membutuhkan pemalas, pekerjaan yang mulia aku bilang.
Beliau adalah cerminan dari semua yang tertulis ini, seseorang yang membuatku tak pernah lelah untuk melemparkan senyum kepada pelanggan yang datang. Beliau adalah penyemangat setiap suasana dirumah, kadang tanpa pernah kita sadari rasa lelah yang beliau rasakan tak pernah cukup dengan apa yang kita berikan. Tapi rasa ikhlaslah yang membuatnya begitu tegar, tegar untuk berdiri, tegar untuk mendaki, tegar untuk menjajaki, dan tegar untuk kami. Beliau adalah cerminan lilin untuk kami, penerang dalam setiap kegulitaan, penerang disetiap suka dan duka. Karena beliau juga cerminan dari angin, hasratnya untuk membuat kami terus dan terus terbang menggapai apa yang kami inginkan. Karena angin tak akan pernah berhenti berhembus jika masih ada kehidupan, taukah? itu sama seperti beliau. Kegigihan beliau untuk membuat kami terus merasa tercukupi membuatnya tak pernah lelah dalam hidup, rasa juangnya melebihi rasa juang kita dalam ujian nasional sekalipun. Karena beliau tau, hidup ini dan perjuangan ini untuk kelurga dan anak-anaknya. Karena pemberi semua kekuatan adalah keluarga.
Bu, akan kutuliskan semua keluh kesahku selama ini padamu karena aku tak pernah sanggup untuk mengatakannya sendiri, bukan aku ingin menyembunyikannya darimu, tapi karena aku paham tak akan banyak waktu yang ibu berikan untukku, atau mungkin hanya mentalku saja yang tak pernah memberanikan diri untuk bercakap-cakap sesedih ini padamu, dan aku hanya menulis. Yang pertama ingin aku katakan adalah terima kasih bu, terima kasih karena bersedia memberikan kasih sayangmu selama ini padaku, selama ini dan sebesar itu. Sampai aku pandai merangkai kata-kata ini untukmu, aku berterima kasih. Setiap malam selepas bekerja, tubuhmu terbujur dengan anggunnya aku bilang. Karena setiap kegiatan yang dilakukan ibu selalu terlihat anggun dan cantik. Keluargaku adalah keluarga yang pandai untuk menyembunyikan sesuatu yang harusnya dikatakan malah, karena semakin lama terpendam kemudian lupa, itulah keluargaku. Aku tak pernah paham bagaimana bapak menyukai ibu dulu, dan aku juga tak pernah paham bagaimana ibu bisa memilih bapak untuk menjadi imam, tapi aku harap nasibku kelak tak akan berbeda jauh denganmu. Aku selalu bersyukur karena Allah membiarkan aku lahir dalam rahim seseorang yang luar biasa cantiknya dalam segala hal, yang selalu tampak enak dilihat walau sedang marah. Secantik malaikat aku bilang, walaupun aku tak pernah melihat malaikat dalam wujud asli dan nyata, hanya visual mesin canggih yang membuatnya terlihat baik dan cantik. Tapi mungkin ibuku malaikat bumi yang Allah ciptakan untuk melengkapi keluarga kecil nan sederhana ini. Sederhana aku bilang, hanya kasih sayang yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan umur kami. Dengan cara yang sederhana itulah kadang aku merenung, apakah cara itu yang membuat kami berfikir tentang diri kami masing-masing? kami tak pernah merasakan suasana hidup, hidup dengan cerita-cerita dan ungkapan hati kami masing-masing. Atau kami memang tak pernah punya waktu untuk membuatnya hidup? Entahlah. Dengan semua itu kami menjadi tertutup dan tidak saling mengisi dan memberi motivasi. Sedih memang, tapi sikapku harus bisa mendewasakan keadaan ini, karena tak semua yang kita rasakan harus orang lain juga merasakan. Tapi mereka orangtuaku, aku tak pernah menganggap mereka orang lain, entahlah. Bagi kami, pelukan hangatnya sudah berarti dan senyumnya membuat kami tenang.
Bu, sukmamu hidup dalam diri kami, cerminan sikap kami adalah darimu. Semua yang kami lakukan tak pernah benar-benar tercermin akan sikapmu. Maafkan semua kekhilafan kami dan berjuta-juta kesalahan yang kami buat, karena sesungguhnya “Restumu adalah restu Illahi”. Tak tenang rasanya jika ada yang menggajal dalam perjalanan kami. Bu, kami mohon doa restu, untuk kami menaklukan rasa takut kami, untuk mencerahkan masa depan kami, untuk membuat ibu dan bapak merasa bangga pada kami, untuk meninggikan derajat ibu dan bapak, untuk mengenal lebih banyak lagi kehidupan dan air dilaut yang luas ini, untuk merasakan manis, asam, hingga pahitnya kehidupan ini yang sebenarnya telah ibu dan bapak rasakan sebelum ada aku, untuk melihat ibu dan bapak pergi haji, untuk membuat ibu dan bapak tidak segan-segan berbicara baik tentang kami, untuk membuat keluarga ini merasakan matahari lain selain matahari penghangat didepan rumah, untuk melihat ibu dan bapak menikmati masa tua tanpa beban apapun. Karena itu tanggung jawab kami sebagai anak, itu kewajiban kami untuk melihat ibu nyaman dimasa tua nanti. Karena saat itulah ibu butuh kami, ibu tak pernah memintanya tapi kamilah yang harus sadar dengan keadaan itu.  Semakin dewasa nanti kami akan mendapatkan pula kehidupan kami, tetaplah bersama kami dan teruslah mendukung kami, dalam lisan maupun doa. Aku selalu memohon agar Allah memperpanjang umur ibu, dan bisa melihat kami menggenggam impianku dan aku selalu berdoa agar Allah memberikan ibu kenikmatan lebih dan lebih, karena aku tak pernah sanggup untuk membayar semua jasa-jasa ibu, keikhlasan ibu dalam merawatku dan kebijaksanaan ibu dalam menentukan arahku. Saat lelah menggelayuti nafasmu, bersandarlah padaku, pada kami. Di hari ibu yang ke 43 ini, percayalah aku akan terus berada disisimu dan membahagiakanmu perlahan, selama aku mampu dan tetap pada pendirian. Umur ibu sekarang, percayalah itu sudah tak muda lagi. Tapi taukah? ibu adalah wanita tercantik dalam hidupku, senyum tercantik ibu akan selalu menaungi hari-hari emasku nantiya. Terima kasih bu, terima kasih untuk kesabaran dan ketulusan hatimu membesarkan dan merawat kami, sudah cukup lelah ibu menerima perlakuan buruk kami, kami hanya mampu meminta maaf dan berusaha melakukan yang lebih baik lagi. Kegigihan ibu seperti bunda para Rosulullah, bunda yang menjadi hadiah terindah dalam kehidupan Rosulallah. Karena ibu ibarat bunda maryam yang rela memperjuangkan kami demi nama baik kami, dan ibu ibarat bunda khadijah yang rela menaungi kami disetiap keadaan, mereka suci seperti kasih dan sayangmu, mereka lembut bagaikan senyummu, mereka tak pernah pamrih seperti usahamu. Karena ibu adalah hadiah terindah yang Allah cipatakan untuk menjaga kami, dan jangan pernah membuat air matanya menetes kecuali kebahagiaan. Kata-kataku ini mungkin sulit untuk dipahami, tapi yang jelas , mom you’re my everything, i love you mom. Happy mother’s day. 
http://www.sejutaekspresi.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mem-bodoh-kan keinginan

KEPALA DUAKU

PERPIJAR