Postingan

Peluh haru ibuku

Gambar
Teruntuk ibuku yang tak pernah lelah melukis senyum terbaiknya setiap saat. Sudah sejak lama aku selalu menginginkan menjadi sosok sepertimu, yang tak pernah berhenti berjalan walau badai tengah menerjang, walau angin pilu yang menyesakkan tak ada yang bisa membuatmu berhenti untuk memperjuangkan hidup keluarga ini. Aku ingat waktu itu, waktu dimana keluarga kami masih belum stabil seperti sekarang ini, kehidupan kami waktu itu bergantung pada ibu, karena jujur keluarga kami tengah diterpa angin badai, masalah yang tak kunjung henti. Saat itu aku masih duduk dibangku SMP, belum semengerti sekarang ini, tapi inilah perjalanan hidup yang akan aku ingat sampai kapanpun. Saat itu ibuku tengah mengandung adikku, dengan usia kandungan yang masih sedikit, ayahku sakit tak jelas berbulan-bulan. Sedangkan perekonomian keluargaku hanya tertopang pada jualan mie ayam bakso. Sebelum ayahku sakit, beliau masih bisa menafkahi keluarga kami, tidak banyak memang,hanya saja itu cukup untuk kami

TERUSIK

Karya Khaiffah Ada hal yang tidak membuatku menikmati hidup Atau sekadar hanya bernafas untuk satu teguk Ada yang seperti mengganjal dalam benakku Entah hanya fikiranku yang beranggapan seperti itu Atau hanya perasaanku saja yang menilai semua itu mengganggu Aku tak henti-henti bergumam Mencoba mendapatkan apa hal yang membuatku tak merasa baik Tak satu kali pun aku mengedipkan mata akan hal itu Aku mencoba mencari disisi sebelah mana ia membuatku berkutat lama Tak ada yang berpencar untuk mendapatkan hal itu Malah fikiranku berhenti dalam sekejap Melamunku terusik dengan suara petikan gitar yang entah berasal dari mana Dalam setiap petikannya ia menyamai fikiranku Pada setiap alunannya hatiku seakan tak menentu Hah, sungguh berisik! Aku memberanikan diri menunggu lebih lama dari yang ia akan lakukan saat itu Mencoba diam dan pura-pura tak terusik Tapi aku salah menilainya Kau mungkin akan lebih lama berada disini Karena semenjak itu kau be

Mem-bodoh-kan keinginan

Gambar
Mungkin aku akan dianggap bodoh karena menginginkan sesuatu yang sebagaian orang pun tak akan mau memintanya, atau bahkan mereka tak meminta sekalipun akan terjadi. Aku adalah manusia dari sekian banyaknya perempuan yang menginginkan sesuatu yang dianggap remeh. Ya perayaan ulang tahun, aku tahu keinginanku sangat kekanak-kanakan memang. Tapi aku sungguh ingin ada hari dimana aku bisa merasakan kebahagiaan dikelilingi orang-orang terkasih. Aku mungkin akan dianggap tak tahu malu karena umurku sudah tak layak lagi disebut anak muda, tapi aku ingin merasakan dimana satu hari saja aku bisa menikmati kebahagiaan tanpa diminta. Kupikir dari setiap tahunnya bertambahnya umurku selalu dikelilingi perasaan sedih, sedih karena kau merasa aku sendiri dalam menikmati ini. Aku tak pernah mau bersikap seperti ini, mengharapkan

YANG MENYEDIHKAN DARI AKU

3 November 2016. Aku malu dengan diriku sendiri, aku tak mampu memperbaiki apa yang seharusnya aku perbaiki. Tidak terkecuali itu pada keluargaku. Aku bukan satu-satunya anak yang sadar betapa keutuhan sebuah keluarga sangatlah berarti. Aku juga bukan adik yang baik karena tak pernah memberikan saran ataupun kalimat penyemangat untuk kakakku. Aku juga bukan kakak yang benar-benar bisa adikku andalkan. Aku hanyalah orang yang tak senang dengan keadaan macam ini. Keadaan yang benar-benar memberikan jarak antara aku, dan saudara kandungku. Aku menyedihkan karena tak mampu membuatnya menempatkan keluarga sebagai prioritas utamanya. Aku sedih dengan sikap-sikapnya, aku merasa perkataanku tak pernah ia hiraukan, tak ada gunanya malah. Aku merasa ia benar-benar memang butuh rengkuhan, butuh kehangatan. Agar rasa putus asanya sirna dan kembali menemukan kehangatan dalam keluarga. Sekeras apa kepalanya hingga ia benar-benar tidak mau mendengarkan kata-kataku. Apa yang bisa membuatnya lulu

YANG TAK SAMA LAGI.

Apa yang salah dari ajaran orangtuaku? Rupamu kini meruap melumpuhkan segala senyum yang aku punya. Tak lupa kau pun melempar sejenkal kebisingan hatimu lewat dinginnya sikapmu pada adikmu yang tak tahu menau dengan keadaan yang tengah kau alami. Aku tak mengenalmu lagi, aku hanya melihat inilah sosok angkuh yang tak tau berterima kasih akan rumahnya. Kau tak akan tau arah sebelum kau keluar dari rumahmu dan sekarang kau mulai menggembala dan melupakan identitasmu. Bukankah kita dulu sering mengeja mimpi bersama? Mengapa kau keluar malam sendirian dengan angin yang halus menerpa dinginnya hatimu. Aku tau, mungkin inilah akibat kau sering keluar malam, angin yang berayun setiap malamnya menyentuh sisi halusmu lalu ia akan memekat seperti malam yang semakin gelap. Oh Tuhan, diakah teman sedarahku? Teman yang lupa akan dirinya sendiri dan setiap harinya menimbulkan banyak air mata. Adikku yang lugu bukannya sedih melihatmu, ia hanya meratapi betapa dinginnya hati kakaknya. Ia tak pah

KEPALA DUAKU

Gambar
23 April 2016. Hari berkepala duaku. Yang tak pernah ada yang tau bagaimana perasaanku sebenarnya. Semua keinginanku dan dayaku hanya Tuhan yang tahu. Dan untuk saudara kandungku, pagimu dihari ini begitu gembira bukan? Sudah sejak pagi-pagi sekali kekasihmu datang memberikan lilin pengharapan untukmu. Aku hanya bisa membantu menerimanya masuk kerumah dan kamarmu. Kegembiraan itu tidak sebentar, prosesi ulang tahun seperti biasanya membuat kesan yang berbeda. Ini kegembiraan keduamu bersama kekasihmu bukan? Bahagianya aku lihat. Tapi aku tak ingin melihatmu lama, karena aku tahu aku akan berfikir macam" atas ini. Maka aku urungkan untuk melihatmu tertawa bersama kekasihmu dihari bahagia ini, aku takut aku akan merusak hati seseorang dengan egoku ini. Dan untuk kekasihmu, terima kasih sudha bersedia datang dan mengizinkanku mengabadikan kepala duaku bersama saudaraku. Walaupun aku tahu, aku merusak suapan pertamamu 😊 Aku kembali digertakkan untuk bersyukur dan bersyukur lagi,

ENTAH EMBUN :-)

Gambar
Dalam perjalananku, embun pagi tak banyak berkontribusi untuk mengindahkan pagiku. Tapi aku menyukainya, entah karena dia adalah setitik air dari proses angin dan malam yang beradu, entah dia juga dia penyegar pagi, apapun itu embun adalah bagian hidupku yang lain dan aku menyukainya. Seperti dia, dia sosok yang tak pernah aku bayangkan sekalian untuk bersamanya, bersandar pada kedua tangannya dan berpeluk pada aroma badannya yang aku dapatkan saat aku dia mempersilahkan bahunya untuk aku bersandar. Aku menyukainya seperti embun, dia bersih dan menyegarkan hidupku. Dia bukan pula sosok yang aku idamkan sejak aku mengenal jatuh hati pada seseorang. Entah saja aku bisa menyayanginya hingga tak ingin melepaskannya untuk pergi. Dia merengkuh hatiku kala itu, tanpa aku sadari dia menyejukkan sanubariku yang entah segersang apa waktu itu. Selama dia datang pun angin seakan bersahabat dengan kami, hingga disuatu percakapan dekapannya berhasil mengoyahkan hatiku untuk berpindah ke hatinya.